Archive for April 2015

IT 2 Kebidanan


.





UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KEBIDANAN
 

Kepada:
Yth.        Bp./Ibu <>
d/a <>
di <>

Dengan hormat,
Dengan ini kami beritahukan bahwa perkuliahan semester Ganjil TA.
2011/2012 telah berakhir. Sehubungan dengan hal tersebut perlu kami sampaikan informasi Indeks Kumulatif (IPK) dari putri Bp./Ibu <> yang telah diperoleh pada semester tersebut:

Nama Mahasiswa      : <>
N I M                         : <>
Semester                              : <>
I  P K                         : <>

Demikian informasi kami sampaikan, dengan harapan mudah-mudahan Bp./Ibu <> dapat terus memberikan motivasi kepada Sdri. <> dalam menyelesaikan studinya.
Atas perhatian an kerjasamanya, kami ucapkan terima kasih.

Yogyakarta, Februari 2012
 Horma kami,

Prodi. Kebidanan.

No.
Nama Orang Tua
Alamat
Kota
Nama Mahasiswa
NIM
Sem.
IPK
1.
Sudarto
Jl.Adisucipto No.  43
Sleman
Nur Fatikhah
09101102
VI
3.01
2.
Kusnadi
Jl. Gejayan No. 54
Sleman
Irma Damayanti
09101105
VI
2.85
3.
Drs. Suhardi
Jl. Kabupaten No.81
Sleman
Fitriyana Ambarwati
09101111
VI
3.78
4.
Abdul Hakim
Jl. Raya Bekasi Km. 23
Jakarta
Sti Maemunah
10201131
IV
3.55
5.
FX. Bambang Sunarto
Jl. Melati Wetan 117
Yogyakarta
Diani Ayusanti
10201132
IV
2.60
6.
Agus Dewobroto
Blunyahgede 12, SIA
Sleman
Yenny Sulistyowati
10201137
IV
3.89
7.
Agus Handoko
Jl. Putri Hijau No. 12
Medan
Putri Amalia
10201142
IV
3.45
8.
Jaman Nurhadi
Jl. Krakatau IV No. 25
Semarang
Wahyu Wijayanti
11201155
II
3.80
9.
Samuel Hutabarat
Perum. Bukit Asri B.12
Makasar
Aryati Handayani
11201167
II
3.75
10.
Asep Wahyudi
Jl. Asia Afrika No. 21/a
Bandung
Cici Nurbaeti
11201168
II
3.00

RUPTUR UTERI


.



A.    Pengertian Ruptur Uteri
Ruptur Uteri adalah robekan atau diskontinuita dinding rahim akibat dilampauinya daya regang miomentrium. Ruptur uteri adalah robeknya dinding uterus pada saat kehamilan atau dalam persalinan dengan atau tanpa robeknya perioneum visceral.
B.     Etiologi Ruptur Uteri
1.      Riwayat pembedahan terhadap fundus atau korpus uterus
2.      Induksi dengan oksitosin yang sembarangan atau persalinan yang lama
3.      Presentasi abnormal ( terutama terjadi penipisan pada segmen bawah uterus ).
( Helen, 2001 )
C.    Tanda dan Gejala Klinis Ruptur Uteri
1.     Tanda dan gejala ruptur uteri dapat terjadi secara dramatis atau tenang.
2.     Dramatis.
3.     Nyeri tajam, yang sangat pada abdomen bawah saat kontraksi hebat memuncak.
4.     Penghentian kontraksi uterus disertai hilangnya rasa nyeri
5.     Perdarahan vagina ( dalam jumlah sedikit atau hemoragi )
6.     Terdapat tanda dan gejala syok, denyut nadi meningkat, tekanan darah menurun dan nafas pendek ( sesak )
7.     Temuan pada palpasi abdomen tidak sama dengan temuan terdahulu
8.     Bagian  presentasi dapat digerakkan diatas rongga panggul
9.     Janin dapat tereposisi atau terelokasi  secara dramatis dalam abdomen ibu
10. Bagian janin lebih mudah dipalpasi
11. Gerakan janin dapat menjadi kuat dan kemudian menurun menjadi tidak ada gerakan dan DJJ sama sekali atau DJJ masih didengar
12. Lingkar uterus dan kepadatannya ( kontraksi ) dapat dirasakan disamping janin ( janin seperti berada diluar uterus ).
13. Tenang
14. Kemungkinan terjadi muntah
15. Nyeri tekan meningkat diseluruh abdomen
16. Nyeri berat pada suprapubis
17. Kontraksi uterus hipotonik
18. Perkembangan persalinan menurun
19. Perasaan ingin pingsan
20. Hematuri ( kadang-kadang kencing darah )
21. Perdarahan vagina ( kadang-kadang )
22. Tanda-tanda syok progresif
23. Kontraksi dapat berlanjut tanpa menimbulkan efek pada servik atau kontraksi mungkin tidak dirasakan
24. DJJ mungkin akan hilang
D.    Klasifikasi Ruptur Uteri
Ruptur uteri dapat dibagi menurut beberapa cara :
1.      Menurut waktu terjadinya
a)      R. u.  Gravidarum
§  Waktu sedang hamil
§  Sering lokasinya pada korpus
b)      R. u. Durante Partum
§  Waktu melahirkan anak
§  Ini yang terbanyak
2.      Menurut lokasinya
a)      Korpus uteri, ini biasanya terjadi pada rahim yang sudah pernah mengalami operasi  seperti seksio sesarea klasik ( korporal ), miemoktomi
b)      Segmen bawah rahim ( SBR ), ini biasanya terjadi pada partus yang sulit dan lama tidak maju, SBR tambah lama tambah regang dan tipis dan akhirnya  terjadilah ruptur uteri yang sebenarnya
c)      Serviks uteri ini biasanya terjadi pada waktu melakukan  ekstraksi forsipal atau versi dan ekstraksi sedang pembukaan belum lengkap
d)     Kolpoporeksis, robekan-robekan di antara serviks dan vagina
3.      Menurut robeknya peritoneum
a). R. u. Kompleta : robekan pada dinding uterus berikut peritoneumnya ( perimetrium ) ; dalam hal ini  terjadi hubungan langsung antara rongga perut dan rongga uterus dengan bahaya peritonitis
b)      R. u. Inkompleta : robekan otot rahim tanpa ikut robek peritoneumnya. Perdarahan terjadi subperitoneal dan bisa meluas ke lig.latum
4.      Menurut etiologinya
a)      Ruptur uteri spontanea
Menurut etiologinya dibagi 2 :
1)      Karena dinding rahim yang lemah dan cacat
-          bekas seksio sesarea
-          bekas miomectomia
-          bekas perforasi waktu keratase
-          bekas histerorafia
-          bekas pelepasan plasenta secara manual
-          pada gravida dikornu yang rudimenter dan graviditas interstitialis
-          kelainan kongenital dari uterus
-          penyakit pada rahim
-          dinding rahim tipis dan regang ( gemelli & hidramnion )
2)      Karena peregangan yang luarbiasa dari rahim
-          pada panggul sempit atau kelainan bentuk dari panggul
-          janin yang besar
-          kelainan kongenital dari janin
-          kelainan letak janin
-          malposisi dari kepala
-          adanya tumor pada jalan lahir
-          rigid cervik
-          retrofleksia uteri gravida dengan sakulasi
-          grandemultipara dengan perut gantung ( pendulum )
-          pimpinan partus salah
b)      Ruptur uteri violenta
Karena tindakan dan trauma lain :
-          Ekstraksi forsipal
-          Versi dan ekstraksi
-          Embriotomi
-          Braxton hicks version
-          Sindroma tolakan
-          Manual plasenta
-          Kuretase
-          Ekspresi kristeller atau crede
-          Trauma tumpul dan tajam dari luar
-          Pemberian piton tanpa indikasi dan pengawasan
5.      Menurut simtoma klinik
a)      R. u. Imminens ( membakat = mengancam )
b)      Ruptur Uteri ( sebenarnya )
E.     Pemeriksaan Fisik Ruptur Uteri
1. Data Subyektif
Gejala Saat Ini
Nyeri Abdomen dapat tiba-tiba, tajam dan seperti disayat pisau. Apabila terjadi rupture sewaktu persalinan, konstruksi uterus yang intermitten, kuat dapat berhenti dengan tiba-tiba. Pasien mengeluh nyeri uterus yang menetap.
Perdarahan Per Vaginam dapat simptomatik karena perdarahan aktif dari pembuluh darah yang robek.
Gejala-gejala lainnya meliputi berhentinya persalinan dan syok, yang mana dapat di luar proporsi kehilangan darah eksterna karena perdarahan yang tidak terlihat. Nyeri bahu dapat berkaitan dengan perdarahan intraperitoneum.
Riwayat Penyakit Dahulu
Rupture uteri harus selalu diantisipasi bila pasien memberikan suatu riwayat paritas tinggi, pembedahan uterus sebelumnya, seksio sessaria, miomektomi atau reseksi koruna.
2. Data Obyektif
·                     Pemeriksaan Umum
Takikardi dan hipotensi merupakan indikasi dari kehilangan darah akut, biasanya perdarahan eksterna dan perdarahan intra abdomen.
·                     Pemeriksaan Abdomen
Sewaktu persalinan, kontur uterus yang abnormal atau perubahan kontur uterus yang tiba-tiba dapat menunjukkan adanya ekstrusi janin. Fundus uteri dapat terkontraksi dan erat dengan bagian-bagian janin yang terpalpasi dekat dinding abdomen diatas fundus yang berkontraksi. Kontraksi uterus dapat berhenti dengan mendadak dan bunyi jantung janin tiba-tiba menghilang.
Sewaktu atau segera melahirkan, abdomen sering sangat lunak, disertai dengan nyeri lepas mengindikasikan adanya perdarahan intraperitoneum.
·                     Pemeriksaan Pelvis
Menjelang kelahiran, bagian presentasi mengalami regresi dan tidak lagi terpalpasi melalui vagina bila janin telah mengalami ekstrusi ke dalam rongga peritoneum. Perdarahan pervaginam mungkin hebat.
Ruptur uteri setelah melahirkan dikenali melalui eksplorasi manual segmen uterus bagian bawah dan kavum uteri. Segmen uterus bagian bawah merupakan tempat yang paling lazim dari ruptur. Apabila robekannya lengkap, jari-jari pemeriksa dapat melalui tempat ruptur langsung ke dalam rongga peritoneum, yang dapat dikenali melalui :
1.       Permukaan serosa uterus yang halus dan licin
2.       Adanya usus dan ommentum
3.       jari-jari dan tangan dapat digerakkan dengan bebas
F.     Pemeriksaan penunjang Ruptur Uteri
1.    Hitung Darah lengkap dan Apusan Darah
Batas dasar hemoglobin dan nilai hematokrit dapat tidak menjelaskan banyaknya kehilangan darah.
2.    Urinalisis :
Hematuria sering menunjukkan adanya hubungan denga perlukaan kandung kemih.
3.    Golongan Darah dan Rhesus
4 sampai 6 unit darah dipersiapkan untuk tranfusi bila diperlukan
G.    Penatalaksanaan Ruptur Uteri
Tindakan pertama adalah memberantas syok, memperbaiki keadaan umum penderita dengan pemberian infus cairan dan tranfusi darah, kardiotinika, antibiotika, dsb. Bila keadaan umum mulai baik, tindakan selanjutnya adalah melakukan laparatomi dengan tindakan jenis operasi :
1.      histerektomi baik total maupun sub total
2.      histerorafia, yaitu luka di eksidir pinggirnya lalu di jahit sebaik-baiknya
3.      konserfatif : hanya dengan temponade dan pemberian antibiotika yang cukup.
Tindakan yang akan dipilih tergantung pada beberapa faktor, diantaranya adalah :
1.      keadaan umum penderita
2.      jenis ruptur incompleta atau completa
3.      jenis luka robekan : jelek, terlalu lebar, agak lama, pinggir tidak rata dan sudah banyak nekrosis
4.      tempat luka : serviks, korpus, segmen bawah rahim
5.      perdarahan dari luka : sedikit, banyak
6.      umur dan jumlah anak hidup


Diabetes Melitus (DM)
                         a.      Pengertian
Diabetes mellitus pada kehamilan adalah intoleransi karbohidrat ringan (toleransi glukosa terganggu) maupun berat (DM), terjadi atau diketahui pertama kali saat kehamilan berlangsung. Definisi ini mencakup pasien yang sudah mengidap DM (tetapi belum terdeteksi) yang baru diketahui saat kehamilan ini dan yang benar-benar menderita DM akibat hamil
Dalam kehamilan terjadi perubahan metabolisme endokrin dan karbohidrat yang meninjang pemasokan makanan bagi janin serta persiapan untuk menyusui. Glukosa dapat berdifusi secara tetap melalui plasenta kepada janin sehingga kadarnya dalam darah janin hampir menyerupai kadar darah ibu. Insulin ibu tidak dapat mencapai janin sehingga kadar gula ibu yang mempengaruhi kadar pada janin. Pengendalian kadar gula terutama dipengaruhi oleh insulin, disamping beberapa hormon lain : estrogen, steroid dan plasenta laktogen. Akibat lambatbya resopsi makanan maka terjadi hiperglikemi yang relatif lama dan ini menuntut kebutuhan insulin.
                        b.      Diagnosis
Deteksi dini sangat diperlukan agar penderita DM dapat dikelola sebaik-baiknya. Terutama dilakukan pada ibu dengan factor resiko berupa beberapa kali keguguran, riwayat pernah melahirkan anak mati tanpa sebab, riwayat melahirkan bayi dengan cacat bawaan, melahirkan bayi lebih dari 4000 gr, riwayat PE dan polyhidramnion.
Juga terdapat riwayat ibu : umur ibu > 30 tahun, riwayat DM dalam keluarga, riwayat DM pada kehamilan sebelumnya, obesitas, riwayat BBL > 4500 gr dan infeksi saluran kemih berulang selama hamil.
                         c.      Klasifikasi
1)      Tidak tergantung insulin (TTI) – Non Insulin Dependent diabetes mellitus (NIDDN) yaitu kasus yang tidak memerlukan insulin dalam pengendalian kadar gula darah.
2)      Tergantung insulin (TI) – Insulin dependent Diabetes Melitus yaitu kasus yan memerlukan insulin dalam mengembalikan kadar gula darah.
                        d.      Komplikasi
1)      Maternal  : infeksi saluran kemih, hydramnion, hipertensi kronik, PE, kematian ibu
2)      Fetal  : abortus spontan, kelainan congenital, insufisiensi plasenta, makrosomia, kematian intra uterin,
3)      Neonatal : prematuritas, kematian intra uterin, kematian neonatal, trauma lahir, hipoglikemia, hipomegnesemia, hipokalsemia, hiperbilirubinemia, syndroma gawat nafas, polisitemia.
                         e.      Penatalaksanaan
Prinsipnya adalah mencapai sasaran normoglikemia, yaitu kadar glukosa darah puasa < 105 mg/dl, 2 jam sesudah makan < 120 mg/dl, dan kadar HbA1c<6 0="" 1-2="" 10-12="" 2-4="" 2="" ada="" agar="" ajarka="" anjurkan="" asi="" bahkan="" bb="" dan="" dapat="" darah="" di="" dikeluarkan="" dipakai="" diusahakan="" efek="" episode="" fetus="" glikosila.="" glukosa="" gula="" hamil="" hb="" hipoglikemia="" hipoglikemik="" i="" itu="" juga="" kadar="" kali="" kenaikan="" ketonuria="" kg.="" kg="" kontrol="" lagi="" lebih="" melalui="" memantau="" mendekati="" mengingat="" menjaga="" menyusui="" minggu="" minimal="" nbsp="" normal.="" obat="" oral="" pada="" pantau="" pasien="" persalinan.="" pertumbuhan="" rumah="" saat="" sebesar="" sekali="" sekitar="" selain="" selanjutnya="" seminggu="" sendiri="" sering="" span="" teratogenitas="" tidak="" total="" trimester="" untuk="">
                         f.      Penatalaksanaan Obstetric
Pantau ibu dan janin dengan mengukur TFU, mendengarkan DJJ, dan secara khusus memakai USG dan KTG. Lakukan penilaian setiap akhir minggu sejak usia kehamilan 36 minggu. Adanya makrosomia pertumbuhan janin terhambat dan gawat janin merupakan indikasi SC. Janin sehat dapat dilahirkan pada umur kehamilan cukup waktu (40-42 minggu) dengan persalinan biasa.
Ibu hamil dengan DM tidak perlu dirawat bila keadaan diabetesnya terkendali baik, namun harus selalu diperhatikan gerak janin (normalnya >20 kali/12 jam). Bila diperlukan terminasi kehamilan, lakukan amniosentesis dahulu untuk memastikan kematangan janin (bila UK <38 34="" baisanya="" berkomplikasi="" dan="" dengan="" dirawat="" dm="" harus="" insulin.="" kehamilan="" memerlukan="" minggu="" sejak="" span="" uk="" yang="">