Farmakologi Kebidanan


.


A.    Dasar Teori
Bentuk sediaan adalah bentuk formulasi obat hingga didapat suatu produk yang siap untuk diminum atau dipakai oleh penderita supaya tercapai efek terapi yang diinginkan
Menurut Farmakope Indonesia Edisi III: Salep adalah sediaan setengah padat berupa massa lunak yang mudah dioleskan dan digunaka untuk pemakaian luar. Menurut farmakope edisi IV sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topical pada kulit atau selaput lendir.  Menurut DOM Salep adalah sediaan semi padat dermatologis yang menunjukkan aliran dilatan yang penting. Menurut Scoville’s salep terkenal pada daerah dermatologi dan tebal, salep kental dimana pada dasarnya tidak melebur pada suhu tubuh, sehingga membentuk dan menahan lapisan pelindung pada area dimana pasta digunakan. Menurut Formularium Nasional salep adalah sedian berupa masa lembek, mudah dioleskan, umumnya lembek dan mengandung obat, digunakan sebagai obat luar untuk melindungi atau melemaskan kulit, tidak berbau tengik. Salep tidak boleh berbau tengik. Kecuali dinyatakan lain kadar bahan obat dalam salep yang mengandung obat keras atau narkotik adalah 10 %
B.     Resep standar sediaan salep
ACIDI SALYCYLICI SULFURIS UNGUENTUM
Salep Asam Salisitat Belerang
Komposisi       : Tiap 10 g mengandung                    
                                     Acidum Salicylicum                           :  200 mg
                                     Sulfur                                                  :  400 mg
                                     Vaselinum album hingga                    :  10  g
Penyimpanan         : Dalam wadah tertutup rapat
Dosis               : 3 sampai 4 kali sehari, dioleskan

Uraian Bahan
a.      Acid Salicylic
1.      Nama Latin          : Acidum Salycylicum  
2.      Sinonim                : Asam Salisilat
3.      Berat molekul      : 138,12
4.      Rumus kimia       : C7H6O3
5.      Pemerian           : Hablur ringan tidak berwarna atau serbuk berwarna
                               putih; hamper tidak berbau; rasa agak manis dan tajam
6.      Kelarutan           : Larut dalam 550 bagian air dalam 4 bagian etanol
                                     (95%) P; mudah larut dalam klorofrom P dan dalam eter P;larut dalam
                                     ammonium asetat Pdinatrium hidrogenfosfat P, kalium sitrat P dan
                                     natrium sitrat P.
7.      Penyimpanan    : Dalam wadah tertutup baik.
8.      Khasiat                 : Keratolitikum, anti fungi.
b.      Sulfur 
1.      Nama Latin          : Sulfur Praecypitatum
2.      Sinonim                : Belerang endap
3.      Berat molekul      : 32,06
4.      Pemerian  : tidak berbau tidak berasa
5.      Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, sangat mudah larut dalam
                                     kardondisulpisa P,sukar larut dalam minyak zaitun P, sangat sukar
                                     larut dalam etano (95%) P.
6.      Penyimpanan      : Dalam wadah tertutup baik.
7.      Khasiat                 : Penggunaan antiskabies

c.       Vaselin album     
1.      Nama Latin          : Vaselinum album
2.      Sinonim                : Vaselin putih
3.      Pemerian           : Massa lunak,lengket, bening, putih ;sifat ini tetap setelah zat
                                     dileburkan dan dibiarkan hingga dingin tanpa diaduk. 
4.       Kelarutan         : Praktis tidak larut dalam air, dan dalam etanol (95% ) P, larut dalam
                                     kloroform P, dalam eter P dan eterr minyak tanah P, larutan kadang
                                     -kadang beropalesensi lemah
5.      Penyimpanan      : Dalam wadah tertutup baik.
6.      Khasiat                 : Penggunaan zat tambahan
Cara Kerja Bahan Obat
-          Asam salisilat adalah keratolitik agent yang sangat poten sehingga dapat meningkatkan penetrasi obat lain dan sering dikombinasikan dengan sulfur, bersifat antifungi dan antibakteri lemah. Asam salisilat sebgai keratolitik agent dipakai dosis 12%, diharapkan dengan dosis yang lebih tinggi dari Pagoda Salep sebelumnya ini akan memberika efek keratolitik yang luat dan lebih efektif.
-          Sulfur praecipitatum fungsi utamanya adalah sebagai keratolitik agent yaitu suatu zat yang dapat menghilangkan sisik-sisik kulit yang kasar atau melunakkan/menipiskan lapisan keratin, di samping itu juga memiliki aktivitas antifungi dan antibakteri lemah. Sulfur sering dikombinasikan dengan asam salisilat menghasilkan efek keratolitik yang sinergis. Sulfur dipakai sebesar 10% adalah dosis yang optimal sebagai keratolotik agent dan merupakan dosis maksimum untuk terapi scabies/kudis sehingga akan mendapatkan hasil yang efektif.
-          Menthol dan Champora berfungsi sebagai antiiritan dan antipruriginosa (menghilangkan rangsang gatal).
-          Keunggulan resep ini adalah salep kulit yang telah mengalami perbaikan formulasi, dengan meningkatnya kadar Asam Salisilat menjadi 12% akan menjadikan salep ini lebih efektif dan mempercepat penyembuhan penyakit kulit.
Laboratorium UNRIYO
Yogyakarta
No IV                               Tgl

Nama Pasien hartati
3xsehari (dioleskan)

                                                     paraf



C.    Pembahasan
Penyakit kulit yang diakibatkan  bakteri dan jamur (dermatomikosis) adalah penyakit kulit yang paling sering diderita oleh sebagian masyarakat yang hidup di daerah tropis seperti di Indonesiahal ini sangat berkaitan dengan kebersihan lingkungan tempat tinggal dan lingkungan kerja sebagian besar bangsa Indonesia di daerah berair atau lembab yang merupakan media yang baik untuk pertumbuhan jamur dan beberapa bakteri. Resep salep ini  adalah obat kulit topikal yang dapat memenuhi semua criteria Dermatoterapeutika, yaitu pengobatan penyakit kulit di mana selain zat aktifnya juga ada bahan pembantu sebagai anti bakteri, antijamur, keratolitik dan antipruriginosa, bentuk sediaan dan cara aplikasinya sangat berperan dalam kecepatan kesembuhan penyakit kulit ini yang diakibatkan bakteri dan jamur.
Kegunaan
Untuk mengobati penyakit kulit seperti: Gatal-gatal di telapak tangan, kaki, selangkangan paha, kutu air, panu,  kurap, kudis, yang diakibatkan bakteri atau jamur.  




Daftar Pustaka

Anief, Moh, 2002, Ilmu Meracik Obat, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. 53.
Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Departemen Kesehatan RI, Jakarta. 12.
Anonim, 1978, Formularium Nasional, Edisi Kedua, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Saifullah, T.N, dan Rina Kuswahyuning, 2008, Teknologi dan Formulasi Sediaan
Semipadat
, Pustaka Laboratotium Teknologi Farmasi UGM, Yogyakarta. 59. 63. 64
Syamsuni, 2005, Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi, EGC Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta.

Tjay, Tan Hoan , et all, 2000, Obat – Obat Penting, Elex Media Computindo, Jakarta. 132. 

Farmakope Indonesia IV Th. 1995, hal 17
Farmakope Indonesia III, Th. 1979, hal  32



Resep no     :V
Bentuk sediaan: SUSPENSI
A. Dasar Teori
Suspensi adalah sediaaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Zat yang terdispersi harus halus, tidak boleh cepat mengendap, dan bila dikocok perlahan endapan harus segera terdispersi kembali. Dapat ditambahkan zat tambahan untuk menjamin stabilitas tetapi kekentalan suspensi harus menjamin sediaan mudah dikocok dan dituang.
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair.
Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa.
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung obat padat, tidak melarut dan terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa, atau sediaan padat terdiri dari obat dalam bentuk serbuk halus, dengan atau tanpa zat tambahan, yang akan terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa yang ditetapkan.  Yang pertama berupa suspensi jadi, sedangkan yang kedua berupa serbuk untuk suspensi yang harus disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan.
Macam-macam suspensi
 Suspensi berdasarkan kegunaanya  menurut USP XXVII, 2004, hal 2587
a.      Suspensi oral  : sediaan cair  yang menggunakan partikel-partikel padat terdispersi dalam suatu pembawa cair dengan flavouring agent yang cocok yang dimaksudkan untuk pemberian oral.
b.      Suspensi topikal : sediaan cair yang mengandung partikel-partikel padat yang terdispersi dalam suatu pembawa cair yang dimaksudkan untuk pemakaian pada kulit.
c.       Suspensi otic   : sediaan cair yang mengandung partikel-partikel mikro dengan maksud ditanamkan  di luar telinga.
d.     Suspensi optalmik
e.      Yaitu sediaan cair yang steril yang mengandung partikel-partikel yang terdispersi dalam cairan pembawa untuk pemakaian pada mata.
B .RESEP
1.      Resep Obat
R/ Cotrimoxazol      tab  5
Gumi Arabic           500 mg
Aquadest                100 ml
m.f.susp F1.1
s. b .d.b. Cth 1


pro: Andi ( 5 tahun)











2.      Khasiat Obat
a.      Cotrimoxazol :
Obat cotrimoxazol berkasiat untukInfeksi saluran kemih dan kelamin yang disebabkan oleh E. coli. Otitis media akut yang disebabkan Streptococcus pneumonia. Infeksi saluran pernafasan bagian atas dan bronchitis kronis yang disebabkan Streptococcus pneumonia
Enteritis yang disebabkan Shigella flexneriPneumonia yang disebabkan Pneumocystis carinii.
Diare yang disebabkan oleh E. coli.
b.      Gummi Arabic
Gumi Arabic berkasiat untuk melarutkan obat  didalam air supaya menjadi homogen, yang akan dipakai dalam sediaan suspensi dalam pratikum ini kita menggunakan obat contrimoxazol.
c.       Aquadest
Aquadest berkhasiat untuk pelarut bahan sedian suspensi.
3.      Perhitungan Dosis Sekali Maupun Sehari.
Dalam 1 tab contrimoxazol mengandung sulfamethoaxzole 400mg, trimetropin 80 mg.  jadi total nya 480mg.
Contrimoxazole     480 mg X 5 tab = 2400 mg = 2.4 g
Gummi Arabic       500 mg = 0.5 g
Aquadest                 100 ml = 100g,
1 sendok teh = 5 ml syr atau suspn= 0,005
Jadi: 2.4 g + 0.5 g + 100 g = 102.9
Jadi dalam satu sendok teh suspensi  mengandung  102.9: 0,005= 20,58 g.
Jadi dosis sediaan obat suspensi  dalam 1x minum  yang diberikan kepada an. Andi yaitu: Setiap 102.9 :   0,005  = 20,58g.
Dosis yang dibutuhkan dalam sehari oleh an. Andi yaitu: andi meminum obaat sebanyak 3x/ hr, setiap satu kali minum 1 sendok teh. Jadi :
20,58g X 3= 61,74 g dalam sehari.

4.      Langkah kerja.
a.      Ambil cotrimoxazol sebanyak 5 tablet, gerus sampai halus dalam mortir. Kemudian letakan di kertas perkamen dahulu.
b.      timbang gummi Arabicum sebanyak 500mg, kemudan digerus sambl diberi tambahan aquadest secukupnya, aduk sampai homogen.
c.       campur kotrimoxazol dengan cairan gummi, aduk sampe homogen, tambahkan sisa aquades sedikit demi sedikit sampai habis.
d.     kemudian masukkan dalam botol  dikalibrasi 100 ml sampai habis
e.      Diberi etiket putih  dan pada  label  diberi keterangan “kocok dahulu”.




5. Etiket Obat Bewarna putih

Laboratorium UNRIYO
Yogyakarta
No: 5                                      tgl:
Nama : An. Andi
3x sehari 1 sendok teh,
Dikocok terlebih dahulu.


paraf

A.    PEMBAHASAN SUSPENSI
A. Contrimoxazol
1.Uraian bahan obat contrimoxazol
               ·           Sulfametoksazol
a.      Sinonim       : Sulfamethoxazolum (Anonim, 1979)
b.      Nama& Struktur Kimia: 4-amino-N-(5-methylisoxazol-3-yl)-benzenesulfonamide,
5-(3,4,5-trimethoxybenzyl) pyrimidine-2,4-diamine,C10H11N3O3S,C14H18N4O3
c.       Khasiat        : anti bakteri
d.     Pemerian     : serbuk hablur putih; sampai hampir putih; praktis tidak berbau
e.      Dosis                        : DLA = 1x : -
1 hr : 50 mg/kg (Anonim, 1979)
            DLD = 1x : dosis awal = 2 g (Anonim, 1979)
            Dosis  pemeliharaan = 1 g(2-3 kali 1hr)
               ·           Trimetoprim
a.      Sinonim      : trimethoprimum (Anonim, 1979)
b.      Khasiat       : anti bakteri
c.       Pemerian    : serbuk hablur putih; tidak berbau; rasa sangat pahit

               ·           Cotrimoxazole adalah bakterisid yang merupakan kombinasi sulfametoksazol dan trimetoprim dengan perbandingan 5 : 1. Kombinasi tersebut mempunyai aktivitas bakterisid yang besar karena menghambat pada dua tahap biosintesa asam nukleat dan protein yang sangat esensial untuk mikroorganisme. Cotrimoxazole mempunyai spektrum aktivitas luas dan efektif terhadap bakteri gram-positif dan gram-negatif, misalnya Streptococci, Staphylococci, Pneumococci, Neisseria, Bordetella. Klebsiella, Shigella dan Vibrio cholerae. Cotrimoxazole juga efektif terhadap bakteri yang resisten terhadap antibakteri lain seperti H. influenzae, E. coli. P. mirabilis, P. vulgaris dan berbagai strain Staphylococcus.
Komposisi:
Tiap tablet mengandung 80 mg trimetoprim dan 400 mg sulfametoksazol.



Indikasi:
Infeksi saluran kemih dan kelamin yang disebabkan oleh E. coli. Klebsiella sp, Enterobacter sp, Morganella morganii, Proteus mirabilis, Proteus vulgaris.
Otitis media akut yang disebabkan Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae.
Infeksi saluran pernafasan bagian atas dan bronchitis kronis yang disebabkan Streptococcus pneumoniae,Haemophilusinfluenzae.
Enteritis yang disebabkan Shigella flexneri, Shigella sonnei.
Pneumonia yang disebabkan Pneumocystis carinii.
Diare yang disebabkan oleh E. coli.
               ·           Aqudest
Aquadest berfungsi  untuk pelarut bahan sedian  obat suspensi dan sebagai volume tambahan.
nama nama  resmi       : AQUA DESTILLATA
Nama nama sinonim   : Air suling, Air murni
Rum rumus  molekul  : H2O
Pemberian               :  Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak mempunyai rasa
Penyimpanan                     : Dalam wadah tertutup baik
Khasiatun                : untuk pelarut
               ·           Gummi Arabicum
gumi Arabic berkasiat untuk melarutkan obat  didalam air supaya menjadi homogen, yang akan dipakai dalam sediaan suspensi dalam pratikum ini kita menggunakan obat contrimoxazol.
1. Uraian bahan gummi arabicum
a.Warna      : putih
      -  Rasa       : Rasa tawar seperti lendir
      -  Bau         : Hampir tidak berbau
      -  Bentuk    : Butir, bentuk bulat (bulat telur)
b. Kelarutan :
-          mudah  larut dalam air
-          Menghasilkan larutan yang kental dan tembus cahaya
-          Praktis tidak larut dalam etanol (95%)
c. Ukuran partikel : Penampang 0,5 cm sampai 6 cm
d.  Stabilitas :
-  lebih mudah terurai dengan adanya udara dari luar
-  mudah terurai oleh bakteri dan reaksi enzimatik
-  mudah teroksidasi
e . Inkompatibilitas : Inkompatibel dengan amidopyrin, apomorfin, aerosol, etanol 95 %, garam ferri, morfin, tanin, timol, banyak kandungan garam menurunnya viskositas.
f.  Sumber : - Farmakope Indonesia III hal.297
-  Handbook of pharmaceutical Excipient hal.2


2. Problema Resep
I. Bentuk Sediaan Obat, Dan Bahan  Tambahan Yang Diperlukan
Dalam pratikum ini  kita membuat Bentuk sediaan obat yaitu suspensi, pengertian suspensi sendiri  adalah sediaaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Zat yang terdispersi harus halus, tidak boleh cepat mengendap, dan bila dikocok perlahan endapan harus segera terdispersi kembali
Bahan utama obat yang digunakan yaitu contrimoxazol sebanyak 5 tablet, dimana  obat cotrimoxazol berkasiat untukInfeksi saluran kemih dan kelamin Infeksi saluran pernafasan bagian atas,  bronchitis kronis, Enteritis  dan Diare.
Selain itu dalam pratikum pembutaan sediaan obat suspensi juga memerlukan bahan tambahan yaitu berupa:
a. gummi Arabic:
gumi Arabic berfungsi  untuk melarutkan obat  didalam air supaya menjadi homogen, yang akan dipakai dalam sediaan suspensi dalam pratikum ini kita menggunakan obat contrimoxazol.
b. Aquadest
Aquadest berfungsi  untuk pelarut bahan sedian suspensi dann penambahan volume.

3. Cara Penggunaan Obat Oleh Pasien
Dalam pratikum pembuatan sediaan obat suspensi, cara penggunaan obat   yang ditujukan kepada pasien dengan atas Nama: Andi, yang berusia lima tahun yaitu larutan oral.
Larutan oral adalah sediaan cair yang dimaksudkan untuk pemberian oral, yang mengandung satu atau lebih bahan aktif terapetik yang larut dalam air, atau air- cosolven.
An. Andi dianjurkan untuk minum obat (dalam sediaan suspensi) dalam setiap kali minum 1 sendok teh. Dan dalam sehari andi harus meminum sebanyak 3x. obat ini diminum sesudah makan. Dan harus dikocok terlebih dahulu sebelum diminum.
4.    Tujuan pengobatan
Dalam pratikum ini  tujuan pengobatan yang ditujukan kepada pasien yaitu menggunakan bentuk sediaan obat yang berbentuk  suspensi, yang cara pemakainya secara oral, yang menjadi dasar pertimbangan untuk dibuat sediaan suspensi karena pasienya masih berusia 5 tahun, Dimana biasanya anak dengan usia itu, masih susah untuk minum obat. Dan  manfaat sediaan obat suspensi sendiri yaitu:
1.      Baik digunakan untuk pasien yang sukar menerima tablet/ kapsul, terutama anak-anak.
2.      Homogenitas tinggi
3.      Lebih mudah diabsorpsi daripada tablet/kapsul karena luas
permukaan
4.      kontak antara zat aktif dan saluran cerna meningkat
5.      Dapat menutupi rasa tidak enak/pahit obat (dari larut/tidaknya)
6.      Mengurangi penguraian zat aktif yang tidak stabil dalam air
Bahan utama bentuk sediaan suspensi yaitu contrimoxazol, dimana tujuan pengobatanya sendiri untuk:
 -  Infeksi traktus urinarius seperti pielonefritis, pielitis dan prostatitis akut dan kronis yang disebabkan oleh kuman yang sensitif, seperti E.coli, Klebsiella, Enterobacter dan Proteus mirabilis.
-  Infeksi traktus gastrointestinalis, terutama yang disebakan oleh kuman Salmonella dan Shigella seperti demam tifoid, paratifoid dan disentri basiler.
-  Infeksi traktus respiratorius seperti bronkitis akut dan sinusitis akut yang disebabkan oleh kuman H. influenzae atau S. pneumoniae.
-  Infeksi THT seperti otitis media akut yang disebabkan oleh kuman H. influenzae atau S. pneumoniae.

D.    Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat kita ambil dalam pratikum pembuataan sediaan obat suspensi yaitu:
1.Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair.
2.      Salah satu keuntungan suspensi adalah tertutupnya rasa tidak enak atau rasa pahit obat yang kebanyakan kurang disukai oleh anak-anak sehingga memungkinkan untuk diberikan pada anak-anak.sedangkan kerugiannya adalah pada saat penyimpanan kemungkinan terjadi perubahan sistem dispersi.
3.      Suspensi yang ideal setidaknya haruslah dibuat dengan tepat, mengendap secara lambat dan harus rata lagi bila dikocok.
E. Saran
  Diharapkan kepada semua pratikum untuk  lebih banyak belajar mengenai sifat, stabilitas, tipe suspensi maupun cara melarutkan dan penyimpananya.
  pada saat pembuatan suspensi, praktikan harus mengetahui kelarutan dari bahan-bahan obat yang dikerjakan, Praktikan juga harus mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi stabilitas suspensi, agar dapat menghasilkan suspensi yang baik.







Resep no.    : VI
Bentuk Sediaan : Solutio
A.    Dasar Teori
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu  atau lebih zat kimia yang terlarut. Misal : terdispersi secara molekuler  dalam pelarut yang sesuai atau campuran pelarut yang saling bercampur.
Karena molekul-molekul  dalam larutan terdispersi  secara merata, maka penggunaan larutan sebagai bentuk sediaan, umumnya memberikan jaminan keseragaman dosis  dan memiliki ketelitian  yang baik jika larutan  diencerkan atau dicampur.
Bila zat A dilarutkan dalam  air atau pelarut lain akan terjadi tipe larutan sebagai berikut :
a.      Larutan encer, yaitu larutan yang mengandung sejumlah kecil zat A yang terlarut.
b.      Larutan, yaitu larutan yang mengandung sejumlah besar zat A yang terlarut.
c.       Larutan jenuh, yaitu larutan yang mengandung jumlah maksimum zat A yang dapat larut dalam air pada tekanan dan temperatur tertentu.
d.     Larutan lewat jenuh, yaitu larutan yang mengandung jumlah zat A yang terlarut melebihi batas kelarutannya di dalam air pada temperatur tertentu.

B.     Resep
1.      Resep :
               ·           R/ Sol. Amm. Spir. Anis (SASA)             3
               ·           Ammonii Chlorid                                      1
               ·           Succ Liquiritae                                           5
               ·           Aqua                                                            135
               ·           M.f.sol
               ·           S.t.d.d. C.I
2.      Khasiat :
Ammonii Chlorid  :
Nama resmi            : AMMONIA LIQUIDA
Nama sinonim        : Amonia encer
Penyimpanan         : Dalam wadah tertutup rapat,di tempat sejuk
K/P             : Zat tambahan
Aqua :
Nama resmi            : AQUA DESTILLATA
Nama sinonim        : Air suling, Air murni
Rumus molekul     : H2O
Berat molekul         : 18,02
Pemerian     : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak mempunyai rasa
Penyimpanan         : Dalam wadah tertutup baik
K/P              : Zat tambahan
3.      Dosis :
Ammonii Chlorid  : 1 g = 100 mg                                    Aqua  : 135 ml
Succ Liquiritae       : 5 g = 500 mg
4.      Cara Kerja :
a.      Timbang bahan-bahan
b.      Gerus succus liq. Dalam mortir dengan air hangat, masukan dalam botol
c.       Larutkan ammonium chlorida dengan aquadest, masukan ke dalam botol
d.     Terakhir tambahkan SASA ke dalam botol
e.      Tutup dan beri etiket.
5.      Etiket :
Laboratorium UNRIYO
Yogyakarta
No: VI                                      tgl:
Nama : Tini
3x sehari 1 sendok,
Dikocok terlebih dahulu.


paraf

C.     Pembahasan
          Sediaan obat berupa cair atau sirup, yang diperuntukan untuk obat batuk. Dalam membuat obat tidak ditemukan masalah. Dosis yang digunakan untuk orang dewasa yang bertujuan agar pasien yang mengalami radang atau pun batuk dapat meminum obat ini. Obat ini membuat ngantuk, jika keadaan sudah baik terapi obat ini dapat di hentikan dan di simpan kembali di ruangan tertutup dengan menutup serta membersihkan penutup botolnya.

D.    Kesimpulan
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu  atau lebih zat kimia yang terlarut. Misal : terdispersi secara molekuler  dalam pelarut yang sesuai atau campuran pelarut yang saling bercampur.
Karena molekul-molekul  dalam larutan terdispersi  secara merata, maka penggunaan larutan sebagai bentuk sediaan, umumnya memberikan jaminan keseragaman dosis  dan memiliki ketelitian  yang baik jika larutan  diencerkan atau dicampur.
Bila zat A dilarutkan dalam  air atau pelarut lain akan terjadi tipe larutan sebagai berikut :
a.      Larutan encer, yaitu larutan yang mengandung sejumlah kecil zat A yang terlarut.
b.      Larutan, yaitu larutan yang mengandung sejumlah besar zat A yang terlarut.
c.       Larutan jenuh, yaitu larutan yang mengandung jumlah maksimum zat A yang dapat larut dalam air pada tekanan dan temperatur tertentu.
d.     Larutan lewat jenuh, yaitu larutan yang mengandung jumlah zat A yang terlarut melebihi batas kelarutannya di dalam air pada temperatur tertentu.

Your Reply